Generasi Z adalah generasi orang-orang yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Usia mereka saat ini berkisar antara 9 hingga 24 tahun. Generasi Z memiliki jumlah calon pemilih yang cukup banyak untuk pemilu mendatang. Dalam dunia politik, tanggapan dari generasi Z mengenai kampanye pemilu di media sosial cukup penting.
Setelah pemilu tahun 2019 yang mulai memanfaatkan media sosial sebagai media kampanye politik, tanggapan generasi Z sebagai calon pemilih yang juga pengguna aktif media sosial banyak yang mempertanyakan. Bahkan ada yang melakukan sebuah penelitian untuk mendapatkan jawabannya.
Jurnal penelitian ini berjudul Tanggapan Generasi Z Terhadap Pemanfaatan Media Sosial Dalam Mendukung Keterlibatan Dalam Pemilu Legislatif 2019 yang ditulis oleh Emilsyah Nur.
Penelitian ini melibatkan seluruh kelas 12 dari 21 SMA/sederajat se-Kota Makassar. Usia yang mengikuti penelitian ini mulai dari 16 hingga 21 tahun. Dari penelitian ini terbukti bahwa sebagian besar generasi Z merupakan pengguna aktif media sosial. Mereka menggunakan media sosial untuk hiburan dan berkomunikasi dengan teman virtual.
Dari hasil penelitian tersebut, singkatnya ada tanggapan dari generasi Z tentang beberapa manfaat media sosial dalam mendukung pemilihan calon anggota dewan. Namun, tanggapan di bawah ini tidak hanya bersumber dari penelitian tersebut saja, tetapi dari berbagai sumber lainnya. Berikut ini tanggapan yang diberikan oleh generasi Z.
Dalam kampanye politik, media sosial dimanfaatkan sebagai media untuk menyosialisasikan visi, misi, dan program kerja para kandidat kepada calon pemilih, termasuk generasi Z yang usianya sudah bisa ikut pemilu.
Sebanyak 94,6% generasi Z dalam penelitian ini menyatakan bahwa pemanfaatan media sosial sebagai sarana menyosialisasikan visi, misi, dan program kerja sangat penting. Generasi Z sudah jarang sekali menonton televisi, baik untuk hiburan, berita, atau kampanye politik.
Mereka lebih sering menggunakan media sosial untuk mendapatkan hiburan dan tak jarang mencari informasi penting. Meskipun tujuan utama bermain media sosial untuk hiburan, tetapi ketika ada berita atau informasi penting, termasuk kampanye politik, biasanya generasi Z akan meluangkan waktu untuk membaca atau menontonnya.
Oleh karena itu, tanggapan dari generasi Z tentang hal ini cukup positif karena mereka dapat mengetahui tentang kandidat yang akan mereka pilih melalui platform yang mereka sukai.
Sebagian generasi Z sudah memiliki kesadaran pentingnya mengetahui informasi tentang pemilu. Kegiatan generasi Z sehari-hari jarang ada di rumah saat siang hari. Sementara pada malam hari mereka gunakan untuk istirahat dan handphone menjadi media hiburannya.
Oleh karena itu, generasi Z lebih menyukai mencari informasi tentang pemilu melalui media sosial atau platform internet lainnya. Selain bisa dicari kapan dan di mana saja, mencari informasi di media sosial lebih mudah dibandingkan menonton di televisi.
Di media sosial cukup dengan menulis keyword atau mengunjungi akun partai atau akun pribadi kandidat, maka secara cepat generasi Z bisa mendapatkan berbagai informasi tentang kandidat tersebut. Informasi yang didapat tidak hanya visi, misi, dan program kerja, tetapi juga berbagai kegiatan yang dilakukan oleh kandidat tersebut.
Tanggapan dari generasi Z tentang pemanfaatan ini pun bagus karena mereka bisa mendapatkan informasi secara fleksibel. Kegiatan diskusi atau penyampaian saran pun terbuka lebar melalui kolom komentar yang tersedia di setiap konten.
Selain akun bersama seperti akun partai, lebih baik para kandidat mempunyai akun media sosial sendiri dan menggunakannya untuk kampanye politik. Penggunaan akun pribadi sebagai sarana kampanye menjadi salah satu strategi untuk mendapatkan perhatian generasi Z.
Pada tahun 2019, masih belum banyak kandidat yang menggunakan akun media sosial pribadi, sehingga tanggapan dari generasi Z mengenai hal ini yaitu sebaiknya para kandidat lebih aktif di akun pribadi untuk mempromosikan diri sendiri. Melalui akun pribadi, para kandidat dapat membangun personal branding yang lebih maksimal.
Generasi Z banyak yang sudah paham tentang personal branding dan hal itu bisa meningkatkan kepercayaan mereka terhadap kualitas seseorang. Meskipun sifat yang ditunjukkan di media sosial belum tentu sifat asli, tetapi jika kandidat tersebut memperlihatkan personal branding yang baik, hal itu cukup mempengaruhi.
Oleh karena itu, selain berisi konten-konten kampanye, sebaiknya para kandidat memperlihatkan sebagian kesehariannya atau kesibukan lainnya yang bagus untuk diperlihatkan kepada pengguna media sosial. Dengan begitu, generasi Z akan lebih tertarik kepada kandidat tersebut daripada kandidat yang tidak aktif di media sosial.
Kreativitas penyajian konten pun sangat penting untuk bisa menarik perhatian generasi Z. Bagi konten kampanye yang singkat dan padat disertai ilustrasi-ilustrasi yang unik mendapatkan tanggapan dari generasi Z yang cukup bagus.
Hal ini karena jiwa anak muda pada generasi Z memerlukan asupan yang lebih kreatif dan tidak membosankan. Penyajian konten yang terlalu kaku jarang disukai bahkan tidak dilihat oleh generasi Z meskipun di media sosial. Hal ini pun karena tingkat literasi anak muda pada berita-berita seperti itu masih rendah.
Oleh karena itu, penyajian konten dan strategi lainnya untuk menarik suara dari generasi Z melalui media sosial harus dilakukan dengan cara yang tepat.
Itulah beberapa tanggapan dari generasi Z mengenai pemanfaatan media sosial untuk mendukung pemilihan anggota dewan. Media sosial akan menjadi sarana yang bagus untuk kampanye kepada generasi Z jika dilakukan dengan benar.
PT Media Promosi Online
Jalan Cimanuk No. 6
Bandung 40115 - Jawa Barat
Indonesia
Informasi