Semakin berkembangnya zaman membuat manusia dan teknologi jadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Aktifitas tanpa adanya informasi yang diterima membuat kegiatan tidak memiliki komunikasi apapun. Sehingga interaksi sosial baik secara langsung maupun virtual terjadi di era digital.
Perkembangan bahasa diikuti emosi yang mulai muncul melalui tulisan menjadi bagian pelengkap bahwa bahasa tulis mampu mewakili bahasa lisan. Meskipun pada hakikatnya tidak semuanya ter-cover dengan baik. Karena dalam menyampaikan, bahasa bisa saja mengalami diskomunikasi. Terlebih jika diikuti dengan maksud menggiring opini publik.
Cara membangun opini dan menggiringnya menjadi lebih luas tidak serta merta terjadi secara langsung. Ada proses massif dan peran media sosial dalam setiap interaksi yang terjadi. Di samping itu, maraknya opini membuat fakta dan data dapat beralih menjadi pelengkap saja. Bukan fakta yang dijelaskan. Berikut ini beberapa penjelasan terkait cara masa kini dalam menggiring suatu opini.
Dewasa ini masyarakat semakin memahami bahwa informasi yang tersebar tidak bisa diyakini sepenuhnya. Namun sebagian besar masih terdapat juga yang percaya terhadap informasi yang ditambahkan data dan fakta, meskipun hanya tempelan semata atau mengambil dari sumber lain sebagai ilustrasi.
Hal tersebut dapat menggiring opini publik. Siasat ini digunakan oleh beberapa pihak yang memiliki kepentingan tertentu. Adanya data dan fakta seolah memperkuat opini yang disampaikan. Di samping itu, bahasa tulis ketika direpresentasikan visual tidak memberikan persepsi yang sama. Oleh karena itu adanya bukti dapat menggiring kesamaan pendapat.
Sayangnya hal inilah yang kemudian membuat opini sumber menjadi tercampur aduk dengan opini tambahan pada penerima berikutnya. Mengolah informasi dan mengemasnya dengan bahasa yang berbeda, dapat menimbulkan opini baru. Hal ini rawan memunculkan berita hoaks.
Data kominfo semenjak pandemi covid 19 melanda Indonesia, telah menemukan adanya 554 isu hoaks yang tersebar di 1.209 platform digital. Baik itu di Facebook, Instagram, Twitter, maupun YouTube. Berdasarkan temuan, hoaks lebih banyak tersebar di Facebook dengan angka mencapai 861 kasus, Twitter dengan 204 kasus, dan masing-masing empat di Instagram dan YouTube.
Sebelum pandemi covid 19, sebelum sistem daring lebih diutamakan, tahun 2017 pun hoaks juga ditemukan sejumlah 800.000 situs penyebarnya. Ini menunjukkan bahwa menggiring opini tampak lebih mudah dengan menggunakan media sosial. Namun hal ini bukan patut dicontoh. Terlebih hoaks sangat merugikan.
Alangkah baiknya jika ingin opini terbangun, utamakan kualitas konten dan selalu berupaya untuk memberikan secara konsisten. Sebab hal ini tidak hanya membangun opini, tetapi juga kepercayaan masyarakat terhadap konten-konten yang diunggah. Apabila suatu saat ada pihak lain yang memanfaatkan secara tidak benar, maka situs sumber tetap aman sebagai rujukan utama dan resmi.
Menggiring opini juga termasuk di dalamnya memuat bahasa persuasif. Bahasa persuasif ini bersifat mengajak, menyuruh, dan memberikan saran agar diikuti oleh penerimanya. Selain itu, dapat berupa sentuhan emosional, sehingga penerima ikut larut dan simpati terhadap tindakan-tindakan dan ikut serta di dalamnya.
Dapat juga informasi disampaikan dengan melebihkan bahasa dan muatan nilai sifat. Menekankan penilaian pada hal-hal tertentu, termasuk dari subjektifitas penutur. Nilai objektif seperti data dan fakta tidak banyak digunakan. Subjektifitas inilah yang memaksa orang atau khalayak untuk ikut serta membenarkan pendapat.
Selain itu, menggiring opini dapat melalui sering diulangnya informasi yang sama tetapi dengan pengemasan yang berbeda. Pengemasan berbeda dapat berupa bahasa penyampaian, atau perubahan hanya ada pada struktur kalimat penyampainnya. Seolah-olah jika banyak yang menyampaikan, informasi dianggap benar. Padahal sebenarnya belum tentu benar.
Istilah organik ini digunakan untuk membuat suatu konten viral. Media sosial seperti platform-platform yang mampu menyebarkan informasi, di dalamnya menyertakan fitur pencarian dengan kata kunci. Fitur ini akan menunjukkan mana saja informasi yang mampu menggiring opini publik. Dalam hal ini opini tidak hanya pendapat, melainkan ikut serta di dalamnya sedang santer diperbincangkan.
Selain menggunakan kata kunci, biasanya pengguna platform juga menggunakan tagar kata kunci tertentu. Dengan tagar, pengguna yang lainnya dapat menjumpai konten dengan tagar serupa. Sehingga menggiring publik untuk ikut serta mengunjungi banyak konten di internet. Secara tidak langsung hal ini termasuk cara organik.
Cara organik lainnya ialah pengemasan konten dengan pembuka yang menarik. Biasanya pembuka yang menarik lebih diminati dan menjadi gerbang awal agar penonton atau pembaca mau membaca konten hingga selesai. Inilah kemudian membuat konten creator berlomba membuat konten dengan pembuka menarik.
Karena pembuka suatu konten mempengaruhi penerima mau menyimak sampai selesai. Maka untuk proses menggiring opini dengan cara ini ialah dengan adanya penambahan emosi serupa. Manusia memiliki kecenderungan menularkan emosi kepada sesamanya.
Dalam buku Ignite Millenial Leadership karya Andrew Senduk, mengemukakan bahwa emosi bisa menular. Contohnya jika seseorang menampilkan foto sedih untuk orang lain, maka setelah melihat foto tersebut, orang yang menerima akan menunjukkan emosi yang serupa (Senduk, 2018:94-95). Oleh karena itu, memancing emosi dapat menjadi sumber kesamaan.
Namun hal tersebut bukan satu-satunya cara bagi pembuat konten untuk memancing emosi lantas bertujuan menggiring opini yang sama. Cara lainnya ialah dengan memberikan pertanyaan di awal. Pertanyaan ini akan memunculkan jawaban. Banyaknya jawaban dalam kolom komentar akan ikut memancing banyak pendapat, dan menyerumpunkan pendapat yang sama. Hal ini pun banyak dijumpai.
Dari sekian cara untuk menggiring opini semua bermediakan sosial daring. Persebaran yang begitu massif dengan penciptaan bahasa baru dan rentetan informasi dari berbagai sumber menyumbang banyak opini. Selain perlu teliti dalam menyampaikan, tujuan mengumpulkan massa harus jelas. Jangan sampai justru kepercayaan publik pupus di akhir sebab menyebarkan berita hoaks hanya untuk kepentingan tertentu.
PT Media Promosi Online
Jalan Cimanuk No. 6
Bandung 40115 - Jawa Barat
Indonesia
Informasi