Tentunya ada beberapa dampak negatif mempromosikan kampanye politik. Apalagi di era sekarang yang mana penggunaan media sosial terus meningkat. Tidak heran jika sebagian besar kampanye sekarang lebih efektif dilakukan melalui media sosial. Hal ini juga didukung dari kemudahan bagi seseorang dalam melakukan akses informasi terkait politik.
Seperti yang diketahui, hadirnya media sosial memang memberikan sejumlah keuntungan, terlebih dalam dunia politik. Karena calon kandidat bisa langsung melakukan pendekatan dengan para followers. Entah melalui konten, melalui pembalasan komentar, live, dan lain sebagainya. Hal inilah yang membuat penggunaan media sosial diperbolehkan di kampanye.
Selain hadirnya sejumlah manfaat yang bisa dirasakan oleh calon kandidat dan masyarakat itu sendiri, ada pula dampak negatif dari tindakan promosi kampanye politik. Bagi Anda yang belum tahu apa saja dampak dari mempromosikan kampanye, berikut sejumlah dampak negatifnya.
Salah satu dampak negatif yang pastinya sudah tidak asing lagi adalah munculnya berita hoax. Berita tersebut tentunya berita palsu yang dibuat dengan tujuan untuk menurunkan integritas dan kredibilitas penyelenggaraan calon kandidat. Tentunya berita hoax akan menyebabkan informasi yang keliru sehingga bisa menyesatkan masyarakat.
Bahkan, beberapa di antaranya akan merasakan kebencian atau opini publik yang negatif. Alhasil, yang awalnya mempunyai banyak pendukung bisa saja menjadi berkurang drastis akibat dari adanya berita palsu tersebut. Itulah kenapa sebagai masyarakat atau pengguna sosial media, penting untuk mengetahui mana berita asli dan mana berita hoax.
Memang setiap orang pasti menginginkan jagoannya yang menang. Namun, bukan berati harus dilakukan dengan cara yang tidak sehat, bukan? Hadirnya berita palsu ini bisa menyebabkan perilaku non otentik. Dengan kata lain akan ada pengerahan akun palsu atau anonim yang bertujuan untuk menyesatkan dan memecah belah pengguna sosial media. Terlebih sering kali hal ini melibatkan influencer dan juga buzzer.
Pernahkah Anda mendengar kampanye hitam? Tindakan satu ini menjadi salah satu dampak negatif mempromosikan kampanye politik yang dilakukan di sosial media. Maksud dari kampanye hitam ialah upaya yang akan merusak atau mempertanyakan reputasi calon kandidat melalui propaganda negatif.
Kampanye hitam bisa dilakukan oleh satu orang atau pun secara berkelompok di mana targetnya adalah jabatan publik, politikus, kandidat politik, dan lain sebagainya. Hadirnya kampanye ini tentunya tidak didasarkan pada fakta. Bisa juga disebut dengan fitnah yang berpotensi pada tindak pidana.
Meski kampanye ini dilarang oleh Undang-undang, tetap saja ada oknum yang berusaha melakukan kampanye hitam ini. Mereka terlalu dibutakan pada obsesi untuk membuat suatu calon menjadi pemenang dengan cara menjatuhkan lawan lain. Balik lagi kepada pengguna sosial media, di mana harus menyikapi dengan baik berita yang ada.
Dampak negatif mempromosikan kampanye politik yang ada di sosial media adalah penggunaan bot. Seperti yang diketahui, bot adalah sistem otomatis yang dirancang untuk memudahkan penggunanya dalam melakukan respons secara cepat.
Namun, jika penggunaan bot dilakukan dalam pilkada, tentu akan menjadi sesuatu yang kontra. Pasalnya, sistem tersebut yang mensimulasikan manusia dengan mendorong topik tertentu sehingga menjadi pembicaraan publik.
Takutnya ada oknum tertentu yang memanfaatkan cara ini untuk membuat legalitas suatu partai atau calon menjadi menurun. Apalagi biasanya para influencer juga memberikan pengaruh dalam kampanye ini sehingga membuatnya menjadi tidak transparan.
Dampak negatif mempromosikan kampanye politik melalui sosial media bisa memunculkan beragam akun fake. Kebanyakan akun fake dibuat untuk menjatuhkan partai tertentu. Alhasil, masyarakat yang tidak tahu jika akun tersebut akun fake akan menganggapnya benar. Akhirnya timbul kesalahpahaman yang besar.
Terkadang akun fake yang dibuat pun bisa mengecoh para influencer. Akhirnya influencer yang tidak tahu jika itu akun fake dan kemudian melakukan kerja sama, tentu akan menimbulkan masalah baru. Akhirnya akun tersebut semakin menyebar secara luas untuk melakukan kampanye yang seharusnya bisa dilakukan secara positif.
Saat kandidat tersebut ingin melakukan klarifikasi, tidak semua masyarakat bisa menerimanya. Apalagi jika akun fake tersebut masih terus beredar dan sulit dihentikan. Tentunya hal ini akan terasa berbeda jika akun fake dibuat untuk mendukung kandidat tersebut.
Hal inilah yang membuat pemilihan politik terasa lebih panas karena banyaknya campur tangan. Akhirnya pemungutan suara yang terjadi pun bisa menjadi tidak adil karena pengaruh campur tangan tersebut.
Dampak negatif lainnya yang bisa ditemukan saat calon melakukan kampanye di media sosial adalah menimbulkan perpecahan lebih tinggi. Pasalnya, informasi bisa diakses secara cepat dan mudah. Bahkan, dalam hitungan detik saja sudah banyak netizen yang siap untuk memberikan bukti melalui informasi yang ada.
Itulah kenapa setiap pengguna sosial media haruslah berhati-hati dalam memposting sesuatu. Karena meski sudah dihapus, besar kemungkinan akan didapatkan kembali oleh netizen. Alhasil, saat ada sesuatu yang negatif dan kemungkinan besar diketahui oleh publik, bukan tidak mungkin menimbulkan perpecahan lebih besar.
Meski sudah berusaha diminimalisir, akan tetapi tetap saja perpecahan bisa terjadi. Belum lagi jika kampanye dilakukan secara offline dan menerapkan door to door. Seperti yang diketahui, strategi door to door sering kali menghasilkan kampanye hitam. Alhasil, perpecahan dan aura permusuhan akan semakin terasa.
Dampak negatif mempromosikan kampanye politik di atas tentunya terasa sangat menakutkan. Sering kali masyarakat yang menjadi imbasnya. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan terjadinya hal positif jika tujuannya memang positif.
PT Media Promosi Online
Jalan Cimanuk No. 6
Bandung 40115 - Jawa Barat
Indonesia
Informasi