Orang-orang juga berpikir bahwa social commerce akan mengambil alih dunia e-commerce dalam sepuluh tahun ke depan. Ada banyak alasan untuk ini, tetapi salah satu yang paling penting adalah kebanyakan orang suka membagikan merek favorit mereka di media sosial. Kebanyakan orang yang menggunakan media sosial suka mengirim gambar pakaian yang akan mereka beli.
Hal baik lainnya adalah bahwa 88% orang lebih mempercayai saran teman mereka daripada saran orang berpengaruh. Semua hal ini terjadi sepanjang waktu di media sosial. Menurut berita, ada sekitar 64 juta pembelanja sosial di Asia Tenggara. 60% dari mereka berusia di bawah 34 tahun, dan 55% di antaranya adalah perempuan. Seiring waktu, jumlah pengguna cenderung bertambah. Ini karena penting untuk dapat berbelanja dan bersenang-senang dengan aplikasi yang sama.
1. Pilihan Produk
Perbedaan utama antara ketiganya adalah jenis barang yang mereka jual. Marketplace merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Seringkali, banyak orang dengan berbagai jenis model bisnis dapat menjual produknya di pasar. Harga yang diberikan cenderung lebih mudah dipahami dan juga berubah-ubah. E-commerce lebih dibagi menjadi beberapa kelompok.
Jika pasar dapat menawarkan produk dari berbagai jenis penjual, maka e-commerce hanya menjual berbagai jenis produk. Selera dalam perdagangan sosial adalah campuran dari ketiga hal ini. Karena perdagangan sosial dapat bekerja untuk berbagai jenis bisnis. Tetapi setiap akun bisnis hanya menjual barang atau jasa yang ditawarkannya.
2. Branding
Ada juga perbedaan antara ketiga platform belanja ini dalam hal merek mereka. E-commerce lebih menekankan pada nama merek, setiap item yang menjual produknya melalui e-commerce dapat melakukan berbagai jenis iklan sendiri. Jadi, di masa depan, mereka dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan nilai pelanggan selama hidupnya. Padahal marketplace hanya menampilkan berbagai merek dan bisnis yang ada di dalamnya. Di sisi lain, tujuan utama branding dengan social commerce adalah menjual produk melalui akun media sosialnya.
3. Cash Flow
Marketplace adalah tempat yang mudah untuk menghasilkan uang. Ini karena sebagian besar waktu, uang yang dihasilkan adalah berasal dari persentase penjualan setiap bisnis. Semakin bernilai suatu transaksi, semakin mudah bagi marketplace untuk menggunakan uang yang dihasilkannya untuk meningkatkan berbagai hal. Social commerce sama dengan e-commerce karena membutuhkan waktu lama untuk menghasilkan uang dan mengembalikan investasi besar yang dilakukan di awal.
4. Kompleksitas
Karena begitu banyak penjual dan produk yang berbeda di marketplace, diperlukan cara khusus untuk menemukan apa yang Anda cari. Penting juga untuk membuat filter pencarian ini berguna agar pengguna dapat mempersempit pencarian konsumen.
5. Pelanggan Setia
Loyalitas pelanggan adalah ketika seorang pelanggan ingin tetap membeli produk dari merek tertentu. Harga adalah satu hal yang membuat perbedaan. Saat berbelanja online, orang cenderung lebih loyal. Terutama jika digunakan untuk mempertahankan pelanggan, seperti dengan memberikan penawaran khusus kepada anggota, dll. Di sisi lain, orang cenderung berbelanja di toko yang berbeda di marketoplace, terutama jika harganya lebih rendah atau penawaran lebih baik di toko lain. .
1. Interaksi Langsung Antara Penjual dan Pembeli
Media sosial memiliki sejumlah fitur dan manfaat yang tidak dimiliki oleh situs web toko online atau marketplace. Melalui social commerce, pembeli dan penjual dapat berbicara satu sama lain secara langsung saat melakukan bisnis. Salah satu hal terpenting yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli suatu produk adalah bagaimana penjual dan pembeli berbicara satu sama lain. Survei menemukan bahwa konsumen Indonesia lebih cenderung membeli sesuatu dari penjual yang merespons chatt. Survei tersebut juga menunjukkan bahwa 82% konsumen Indonesia mempercayai penjual dan produk yang dijual di media sosial.
2. Pengaturan yang Lebih Sederhana
Dari sudut pandang penjual, menyiapkan media sosial lebih mudah daripada menyiapkan platform penjualan lainnya. Hal ini memudahkan penjual untuk mulai berjualan dan mengupdate ketersediaan produk. Beberapa marketplace misalnya, meminta penjual untuk mengunggah informasi pribadi mereka sebelum dapat diverifikasi. Dengan kata lain, penjual harus menunggu sampai toko online tersebut beroperasi. Dengan cara yang sama, situs web toko online membutuhkan sistem yang lebih rumit dan lebih banyak uang. Anda bahkan dapat menjual dengan akun pribadi di media sosial, dan membuat akun tidak terlalu sulit. Selain itu, penjual dapat memperbarui dan mengubah katalog mereka sesuai kebutuhan sehingga pelanggan dapat melihat dan membeli lebih banyak produk.
Nah, itulah perbedaan antara social commerce, e-commerce dan marketplace. Diprediksi bahwa dalam 10 tahun ke depan, marketplace akan menurun popularitasnya dibanding social commerce. Alasan sederhana, karena marketplace dan e-commerce mengharuskan konsumen untuk mendaftar dulu. Marketplace dan e-commerce juga hanya beroperasi pada jam kerja.
PT Media Promosi Online
Jalan Cimanuk No. 6
Bandung 40115 - Jawa Barat
Indonesia
Informasi