Saat ini, media sosial sudah menjadi seperti kebutuhan primer untuk masyarakat Indonesia. Penggunanya yang tinggi membuat media sosial dijadikan sarana untuk berbagai kampanye, termasuk kampanye politik. Salah satu contohnya untuk meningkatkan partisipasi politik kaum milenial.
Media sosial sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat umum, termasuk kaum milenial. Media sosial ditargetkan sebagai sarana meningkatkan partisipasi politik generasi milenial karena media sosial menjadi tempat mengekspresikan diri dan tanggapan terhadap suatu masalah, salah satunya dunia politik.
Partisipasi politik bukan hanya sekedar ikut memilih kandidat saat pemilihan umum, tetapi artinya lebih luas. Pengertian partisipasi politik secara umum merupakan kegiatan warga negara yang dilakukan secara pribadi yang bertujuan untuk mempengaruhi keputusan yang akan dilakukan oleh pemerintah.
Contohnya ketika ada isu politik dan kaum milenial mengeluarkan pendapat mereka untuk mempengaruhi hasil keputusan di media sosial, maka mereka sudah berpartisipasi dalam politik. Contoh lain kaum milenial ikut menandatangi petisi untuk menyuarakan pendapat mereka terhadap suatu isu politik, itu pun sudah berpartisipasi dalam politik.
Contoh lainnya dari bentuk partisipasi politik yaitu ikut demonstrasi, mencalonkan diri jadi pejabat, menjadi anggota partai politik, atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan. Secara umum, bentuk partisipasi politik itu banyak, tetapi yang bisa diikuti oleh kaum milenial hanya sebagian.
Dari dua contoh di atas dapat dilihat bahwa media sosial memudahkan kaum milenial untuk berpartisipasi dalam politik. Saat ini mengumpulkan petisi secara manual sudah dilupakan. Selain membutuhkan fasilitas, prosesnya cukup sulit dan tidak bisa menjangkau banyak orang.
Namun, dengan petisi online dan disebarkan di media sosial, para pengguna media sosial dengan mudah ikut menandatanganinya. Kaum milenial yang tinggal di pedesaan pun bisa ikut dalam partisipasi politik tersebut yang kebanyakan diadakan oleh orang-orang perkotaan.
Contoh lainnya partisipasi politik kaum milenial dalam upaya mengubah atau menolak keputusan pemerintah. Tidak semua kaum milenial menjalani pendidikan tinggi, tidak semua bisa ikut demo mahasiswa, tidak semua bisa pergi ke tempat demo. Namun, dengan media sosial semua kaum milenial bisa menyuarakan pendapatnya melalui internet.
Media massa lainnya sering menyoroti hal-hal yang sedang viral di media sosial, terutama dalam hal politik. Sebuah isu politik yang mendapatkan banyak tanggapan atau kritikan dari pengguna sosial biasanya akan dibahas oleh para politisi atau anggota pemerintahan. Apalagi komentar dari kaum milenial biasanya cukup disoroti.
Generaasi milenial menjadi kelompok incaran para kandidat yang berperang di pemilihan umum. Jumlah calon pemilih dari generasi milenial sangat tinggi sehingga partai politik berusaha untuk mengambil dukungan kaum muda. Dan, salah satu cara dalam memberikan informasi mengenai politik kepada kaum milenial adalah melalui media sosial.
Pengaruh media sosial mampu meningkatkan partisipasi politik kaum milenial dalam aspek bab sebelumnya. Namun, upaya meningkatkan partisipasi kaum milenial untuk pemilu melalui media sosial belum maksimal. Kampanye para kandidat atau partai politik di media sosial masih kaku dan tidak dilakukan secara maksimal.
Kampanye politik yang masih kurang maksimal di media sosial sangat terlihat saat pemilu untuk anggota dewan legislatif. Contohnya saja saat pemilihan tahun 2019, masih banyak kaum milenial yang tidak menggunakan hak pilihnya. Ada yang menggunakan hak pilihnya, tetapi tidak mengetahui pasti tentang para kandidat.
Terdapat beberapa hal yang membuat banyak kaum milenial tidak menggunakan hak pilihnya.
Pada pemilu tahun 2019, para kandidat tidak memaksimalkan media sosial sebagai sarana mempromosikan diri. Padahal seharusnya saat media sosial mulai dijadikan sarana kampanye pada tahun 2009, para politisi harus memiliki fokus untuk mencari strategi yang tepat untuk mengkampanyekan diri di media sosial.
Pada pemilu mendatang, harusnya para kandidat bisa memaksimalkan media sosial untuk mendapatkan dukungan dari kaum milenial dan meningkatkan partisipasi kaum milenial dalam menggunakan hak pilihnya. Para kandidat harus bisa mendekatkan diri dengan kaum milenial dalam hal komunikasi politik.
Di Indonesia, informasi tentang politik di media sosial masih kurang. Informasi tentang politik hanya ramai saat kegiatan pemilu akan datang. Pada hari-hari biasa edukasi tentang politik jarang disuguhkan kepada kaum milenial. Sementara, berita mengenai koruptor dan kelakuan buruk pemerintah lainnya selalu ada dan ramai di media sosial.
Hal tersebut membuat tidak sedikit kaum milenial malas menggunakan hak pilihnya karena merasa tidak percaya dengan para kandidat. Dengan banyaknya berita negatif tanpa adanya edukasi politik lainnya bisa membuat partisipasi politik kaum milenial dalam menggunakan hak pilih tidak tinggi.
Dalam memberikan pengaruh, media sosial efektif memberikan pengaruh kepada kaum milenial dalam berpartisipasi politik. Media sosial memberikan pengaruh baik dan buruk kepada kaum milenial seperti penjelasan di atas. Agar pengaruh positif lebih dominan, peran pemerintah, politisi, dan partai politik sangat diperlukan.
Mereka harus mau untuk mengetahui strategi dan cara efektif agar milenial mau berpartisipasi dalam dunia politik, baik itu politik konvensional maupun dalam kegiatan kampanye pemilu. Peran dan partisipasi kaum milenial dalam dunia politik mulai sangat diperlukan.
Partisipasi politik kaum milenial sangat dibutuhkan karena mereka adalah generasi penerus. Mereka juga paham dan update mengenai hal-hal baru yang dibutuhkan Indonesia agar menjadi negara yang lebih baik. Dan media sosial menjadi salah satu sarana yang harus dimanfaatkan untuk mempengaruhi kaum milenial.
PT Media Promosi Online
Jalan Cimanuk No. 6
Bandung 40115 - Jawa Barat
Indonesia
Informasi