RajaKomen.com | Di tengah kritik publik yang semakin nyaring terhadap kinerja legislatif, muncul sosok Dr. Buky Wibawa Karya Guna, M.Si., yang menandai pergeseran paradigma: dari ruang akademik ke ranah legislatif. Bukan tanpa alasan, keputusannya terjun ke politik daerah dilandasi oleh satu keyakinan kuat — bahwa DPRD harus kembali menjadi corong utama aspirasi rakyat, bukan hanya simbol birokrasi yang kehilangan roh pengabdian.
Membawa Gagasan, Bukan Ambisi Kekuasaan
Sebagai seorang akademisi, Dr. Buky terbiasa berpikir sistemik dan berbasis data. Kini, pendekatan itu ia bawa ke dalam ruang sidang DPRD. “Menjadi anggota dewan bukan tentang menduduki kursi kekuasaan, tapi bagaimana membawa suara rakyat agar benar-benar terdengar dan direspons dengan kebijakan nyata,” tegasnya dalam sebuah pertemuan terbuka bersama warga.
Visi politiknya tidak lahir dari kalkulasi elektoral, melainkan dari kegelisahan mendalam atas kondisi masyarakat yang kerap tak mendapat ruang bicara dalam pengambilan keputusan penting di daerah. Ia percaya, pemimpin yang lahir dari proses intelektual memiliki kewajiban moral untuk membenahi struktur yang stagnan.
Dewan Tak Boleh Jadi Menara Gading
Salah satu kritik tajam yang kerap dilontarkan terhadap lembaga legislatif adalah jarak sosial antara wakil rakyat dan rakyat itu sendiri. Dr. Buky memilih membalik stigma tersebut dengan cara kerja yang membumi. Ia aktif terlibat dalam forum komunitas, dialog publik, hingga diskusi online bersama mahasiswa dan aktivis pemuda.
“Jangan biarkan DPRD jadi menara gading yang asing bagi rakyatnya. Kalau rakyat enggan bicara ke dewan, itu pertanda dewan perlu introspeksi,” ungkapnya.
Tak hanya mendengar, ia juga membawa berbagai masukan itu ke meja sidang, menyusunnya dalam bentuk usulan konkrit yang bisa diukur dan ditindaklanjuti.
Integritas dan Etika Jadi Pondasi
Dalam lingkungan politik yang kerap dilabeli transaksional, kehadiran tokoh seperti Dr. Buky menghadirkan nuansa berbeda. Ia menolak terlibat dalam lobi kekuasaan yang menyimpang dari etika. “Saya tak sedang cari aman, saya sedang perjuangkan kebenaran,” ucapnya lantang saat ditanya soal tekanan politik dari rekan sejawat.
Ia percaya, parlemen daerah harus menjadi lembaga yang bekerja dengan transparansi, berani mengoreksi eksekutif, dan memiliki tanggung jawab moral terhadap publik. “Jangan sampai keputusan politik hanya lahir dari lobi ruang tertutup. Semua kebijakan publik harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka,” tambahnya.
Langkah Kecil, Dampak Besar
Meski belum lama menjabat, beberapa inisiatif yang ia usung mulai mendapat perhatian. Mulai dari dorongan digitalisasi pelayanan publik tingkat kecamatan, audit anggaran hibah yang lebih transparan, hingga pembentukan forum musyawarah masyarakat sipil yang rutin menyampaikan laporan ke DPRD.
“Saya tidak menjanjikan perubahan instan, tapi saya pastikan bahwa suara rakyat tidak akan lagi terabaikan,” ujar Dr. Buky dengan penuh komitmen.
Politik Bisa Beretika, Jika Dimulai dari Hati Nurani
Kehadiran Dr. Buky Wibawa Karya Guna menjadi contoh nyata bahwa ruang politik tak harus kehilangan nurani. Dengan latar belakang pendidikan dan integritas yang terjaga, ia menjadikan DPRD sebagai ruang perjuangan ide, bukan panggung pencitraan.
Di saat banyak legislator lupa pada janji, ia justru mengingatkan bahwa kekuasaan hanyalah alat, bukan tujuan. Dan dari kursi legislatif itulah, ia ingin memastikan bahwa suara rakyat tak hanya didengar, tapi diperjuangkan secara nyata.
PT Media Promosi Online
Jalan Cimanuk No. 6
Bandung 40115 - Jawa Barat
Indonesia
Informasi